Jumat, 29 Oktober 2010

politik

PKS dan Keterbukaanya


Saya memulai tulisan segera setelah menyaksikan pembukaan musyawarah umum ke-2 Partai Keadilan Sejahtara yang dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Aku tersontak ketika di dalamnya terbaca PKS merekrut anggota non muslim. Saya sebagai orang awam yang tersentak. Mungkin terlalu ekstrem, tapi itulah perasaan dan praasangka yang aku miliki sebagai pemilih PKS tanpa masuk anggota. Tetapi yakin saja seandainya hari ini diadakan pemilu maka aku pasti tidak akan mencoblos gambar sabit saling membelakangi itu. Aku memilih untuk tidak memilih partai tersebut dengan alasan PKS tidak memiliki pijakan yang jelas. Entah berasas islam ataukah nasionalis. Harus diakui bahwa PKS awalnya identik dengan islam. Aku yang mungkin kurang mengerti islam begitu punya pijakan rasanya. Tetapi dengan menyaksikan pembukaan muswarah tanggal 19 Juni 2010 aku begitu pesimis bahwa partai keadilan sejahtera akan masuk pada tiga besar dalam pemilu 2014 nanti, seperti yang diungkapkan para pengurusnya.
Bukan tidak mungkin PKS malah akan menjadi tiga besar dari bawah. Sekali lagi bukan tidak mungkin. PKS telah memilih jalan yang mungkin telah dipertimbangkan matang, tetapi serasa tidak pas untuk semua. Dengan melakukan musywarah di hotel Ritz Calten Jakarta yang baru saja dibom oleh kelompo teroris. Bukan membela teroris, tetapi Ritz adalah sebuah hotel yang berinduk di Amerika Serikat yang notabene sekarang menjadikan negara islam sebagai bonekanya. AS dengan Barrack Obama telah berusaha dan menyatakan bahwa akan menjadi jembatan penghubung antara dunia barat dengan dunia islam. Tetapi aku tak yakin pernyataan itu benar, mungkin saja dibalik itu ada keinginan dan maksud terencana yang dilancarkan oleh dunia barat terhadap dunia islam. Amerika Serikat dari dulu tidak pernah bertindak tegas terhadap perilaku sekutunya yang tidak mengormati dunia islam. Akankah PKS terpana dengan semua itu dan menjadikan dunia barat sebagai teman sekawannya untuk dunia ini. Mungkin dengan harapan suara untuk 2014?
Partai Keadilan Sejahera sejatinya tetap pada prinsipnya yang dulu. Sebagai partai dengan basis islam dan kami menaruh kepercayaan untuk itu. Dengan pilihan sekarang, sekali lagi saya orang awam yang hanya akan menunggu bukti pada 2014. Tetapi, saya terus meyakinkan diriku untuk tidak memilih partai itu. Dari manakah jalan untuk penegakan syariat islam di Indonesia. Negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia ternyata masih didikte oleh sistem liberal yang ada. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, dan bahkan telah menjerumus masuk dalam dunia agama. Sebegitukah pluralnya kita untuk bersikap dan bekerja sama sejauh itu. Tanpa menafikkan keinginan dunia barat (jika itu benar-tetapi belum ada bukti nyata kebenarannya) seharusnya kita harus berhati-hati dan tetap memperlihatkan taji untuk sebuah persatuan umat muslim.
Coba kita saksikan Israel yang semakin begitu semena-mena terhadap saudara kita di Palestina (Jalur Gaza). Israel dengan seenaknya dan mungkin saja dengan dukungan dunia barat semakin memorak-porandakan dunia islam. Akankah kita tega untuk menjadikan kerja sama dengan orang-orang yang selalu menipu kita dalam berbagai hal. Dunia Islam yang berusaha mengembangkan penelitian ilmiahnya dituding mengembangkan senjata pemusnah massal, sementara mereka dan sekutunya menjadi gudang senjata pemusnah tersebut. Itu hanyalah sekadar contoh untuk melihat banyaknya kecurangan yang mereka perbuat iuntuk kita.
Aku hanya mnengucapkan selamat tinggal PKS dari diriku. Sekali lagi saya bukan orang yang mengerti politik, tetapi suka akan berita politik. Saya juga hanya sebagai orang awam.

Makassar, 19 Juni 2010

Rabu, 05 Mei 2010

Tugas

Tugas Kelas X
Ingat; Dikerja dengan baik ya, tidak boleh plagiat ya.
1.Jelaskanlah pengertian paragraf persuasif!
2.Tuliskan topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf persuasif!
3.Tuliskan ciri-ciri paragraf persuasif yang mebedakannya dengan jenis paragraf yang lain!
4.Buatlah contoh paragraf persuasif!
5.Buatlah paragraf persuasif dengan menggunakan kata penghubung antarkalimat!
6.Pertukarkan pekerjaanmu dengan temanmu dan periksalah kata penghubung antarkalimat yang digunaan temanmu tersebut!
7.Tentukanlah jenis-jenis kata penghubung yang digunakan temanmu tersebut!

Jumat, 09 April 2010

Dramaq

KESADARAN

Pemain I : (sendiri) hidup ini adalah sesuatu yang indah. Hidup akan abadi.
Hidup, mati. Akhhh.....tidak ada kematian. Kematian hanya akan datang bagi orang yang takut mati. Ih...h..h tapi, sebenarnya aku juga takut mati. Akh....aku tidak akan mati. Badanku begitu besar. Mobilku ada. Segalanya ada padaku. Malaikat pasti akan takut untuk mencabut nyawaku. Akan kubalut malaikat itu dengan kain kafan, biar dialah yang mati.
Shalat lima kali sehari semalam, ah...itu hanya akan menyita waktuku.
Puasa dalam bulan ramadhan! Tidak,t..i..d..a..k. apalagi senin kamis. Aku takut, pasti badanku akan semakin kurus.
Shalat dhuha setiap hari, itu hanya akan menyita waktu sarapanku. Lebih baik sarapan. Minum susu yang banyak agar badanku tetap sehat dan tidak akan dicabut nyawaku ini oleh malaikat itu.
Katanya di surga ada sungai yang dialiri susu. Tapi, aku suka susu strowbery. Emangnya susu di sana rasa strowbery? Katanya juga ada yang disebut neraka. Orang yang tidak shalat akan masuk neraka. Tapi, siapa yang dari sana. Aku tak yakin itu. Semuanya hanya hayalan. Patamorgana. Khayalan.... Patamorgana.... Khayalan.... Patamorgana.... Pa....ta.....

Pemain I kemudian meninggalkan ruangan itu. Entah apa yang diperbuatnya malam itu.

Tak lama kemudian masuklah dua orang lelaki yang bernama Anak 2 dan Anak . Kedua anak ini adalah seorang anak yang saleh. Taat beribadah, juga baik kepada sesama.
Anak : Anak 2, sini dengarkan saya (sambil menarik tangan Anak 2). Mat, katanya kamu berteman dengan Anak 3. Itu tuh anaknya pak Pemain I. Pak Pemain I yang badannya begitu besar. Sebesar......syut..syut
Dalam agama kita dilarang mencela.
Anak 2 : Apakah namanya kita mencela, kalau memang keadaannya seperti itu.
Anak : Ya, kalau salah namanya kan fitnah, kalau benar kan namanya gibah.
Anak 2 : Tidak sia-sia aku punya teman sepertimu.
Anak : (menepuk dada) siapa dulu dong. Pengajarnya kan pak Husain, eh...pak Alam juga.
Anak 2 : Jangan lupa pak Yudhi Jib, awas entar kamu dihukum gara-gara ngga sebutkan namanya.
Anak : Iya, pak Yudhi juga. Itu kan pak Yudi yang keren itu!
Anak 2 : Jib, ngomong-ngomong, entar kamu mau ngga ke masjid untuk shalat. Kita ini kan diwajibkan untuk shalat lima kali sehari semalam. Apalagi kalau kita laksanakan di masjid katanya berlipat 27 kali pahalanya.
(sambil menghitung dengan bibir berkomat-kamit)
Anak : Iya. Aku sebentar shalatnya di masjid. Apa kamu tidak pernah dengar suaraku yang merdu ini azan di sana?
Anak 2 : Oh, itu suara kamu ya....yang....
Ank : (langsung menyela) Yang apa. Mau ngejek aku juga ya!

Anak 2 : Ah, tidak. Maksudnya suara yang begitu merdu kedengarannya. Merdu sekali!.
Anak : Hei Mat. Kamu dengar kan, masjid sudah bershalawat. Artinya sebentar lagi masuk waktu shalat. Sekarang mari kita sama-sama pulang ke rumah mengganti pakaian kemudian ke mesjid. Sampai ketemu di masjid sebentar ya...
Anak 2 : Iya, aku mau dengar suaramu yang merdu itu untuk azan ya....
(sambil melambaikan tangan kepada Anak )
mereka pun berpisah
(kemudian Pemain I kembali masuk pada latar yang berbeda) (dia kemudian mendengarkan suara azan)
Pemain I : Azan lagi...azan lagi. Sekarang waktu paling enak untuk tidur. Pasti nyenyak. Mungkin juga air liur ini akan sedikit mengalir menandakan bahwa memang betul-betul nyenyak.

Mendengar suara Azan, Anak 3, anak pak Pemain I segera masuk untuk mengingatkan orangtuanya.
Anak 3 : Pak, apa bapak tidak mendengar suara azan itu?
Pemain I : Hei, apa kamu kira bapak ini budeg! Ya...dengarlah. itukan suara azan. Suara yang mengganggu itu. Tadi saja air liurku sudah membentuk pulau kalimantan, tiba-tiba azan itu membangunkanku. Padahal aku berencana menggambar pulau kalimantan dan sumatra.
Anak 3 : Lantas, kenapa bapak tidak segera ke masjid.
Pemain I : Hei anak kecil. Berani-beraninya kamu mengajari saya. Saya ini orangnya sudah besar. Saya kan yang membuat kamu ada di dunia ini. Bukannya aku yang mesti mengajari kamu?
He...hidup ini akan abadi. Abadi, seperti abadinya bintang yang tiap malam menemani bulan untuk bercengkrama. Seperti abadinya busa-busa menghibur air yang setia pada sungai yang berliku.
Anak 3 : Ternyata ayah romantis juga ya...! mungkin karena itu ibu jatuh hati pada ayah. Padahal ayah kan, orangnya malas beribadah.
Pemain I : Ibadah bukan soal. Yang penting uang. Uang men. Uang.... sekarang uang bisa segala-galanya
Dengar. Keuangan yang Maha Esa. Bukan lagi Ketuhanan.
Anak 3 : ( menggeleng-gelengkan kepala)
Bapakku benar-benar telah lupa akan sang pencipta. Dia telah begitu dipengaruhi oleh kehidupan dunia. Kehidupan yang hanya sementara. Kehidupan yang hanya akan membawa kita pada kehancuran ketika tidak mampu untuk melawan keinginan. Keinginan yang serakah.
Pa, kalau begitu aku ke masjid dulu. Semoga bapak cepat berubah...
Pemain I : Ya...(sambil mengambil bantal kemudian memeluknya) dia kemudian melongsorkan badannya untuk melanjutkan mimpinya) (sempat terdengar suara ngorok dar Pemain I)



Sementara ketiga bocah ini, setelah melaksankan shalat berjamaah tidak langsung pulang ke rumah. Mereka berkumpul di teras masjid sambil ngobrol-ngobrol. Anak 3 tiba-tiba memotong pembicaraan dan mengajak teman-temannya untuk bermain di rumahnya. Tujuan permainan mereka adalah sebenarnya untuk mempengaruhi ayahnya yang malas itu. Malas beribadah, dan malas segala-galanya. Mereka pun bersepakat untuk melakukan itu. Ketiga anak ini kemudian beranjak dari masjid dan menuju rumah Anak 3
Anak 3 : Assalamualaikum.
Bapak, aku udah pulang.
(Pemain I yang dari tadi masih tertidur tidak memperdulikan mereka)
Mereka pun berkumpul pada ruang itu sementara di sana juga pak Pemain I sedang tertidur.
Anak : Kamu dengar tidak apa yang diucapkan pak Ustad tadi. Katanya, orang yang semasa hidupnya tidak taat kepada Allah akan dilaknat di hari akhirat.
Anak 2 : Dilaknat itu apaan sih...
Anak 3 : Dasar, dilaknat...ya..dilaknat....
Anak 2 : Apa....ya...dilaknat. he...makanya
Anak : Sudah-sudah. Dilaknat itu, artinya mereka akan disika karena mereka tidak melaksankan perintah Allah. Mereka hanya mengikuti kemauannya sediri.
(Anak 2 dan Anak 3 saling tatap kemudian tersenyum)
(sementara itu Pemain I yang merasa terganggu sudah mulai balik kiri kanan) tak lama kemudian matanya terbuka, walau dia tidak mau beranjak dari tempat tidurnya)
Anak 3 : Oh, jadi biarpun badan seseorang besar kalau tidak taat beribadah juga akan dilaknat ya.!
Anak 2 : Ya...iyalah. kok kamu ngga ngerti sih...
Anak : Sebesar bagaimanapun badan seseorang, itu sama di hadapan Allah. Allah tidak mengenal suku, ras, dan berat badan. Apalagi bau...badan!
Anak 3 : Jadi, semua orang akan diperiksa sesuai dengan amalannya?
Anak : Betul sekali. Di hadapan Allah, tinggallah amalan seseorang yang akan membantunya. Lidahnya di gunakan untuk apa? Matanya dia gunakan untuk apa? Tangannya dia gunakan untuk memegang apa? Dan kakinya dia langkahkan ke mana? Semua anggota tubuh kita akan bersaksi di hadapan Sang Halik.
(tiba-tiba Pemain I bangun dan langsung bersin) (bersinnya begitu besar, seakan memecah ruangan itu)
Anak 2 : Eh..bapak, semakin gemuk saja. Maaf kalau kami mengganggu pak.
Pemain I : Bagus, tau diri ya...ya, benar kamu memang dari tadi mengganggu tidurku.
Anak 2 : Apa bapak mendengar pembicaraan kami?
Pemain I : Ya...emangnya aku ini budeg. Ya..dengarlah.
Anak : Pak, katanya orang yang malas beribadah kepada Allah akan dilaknat ya....
Mendegar pertanyaan itu Pemain I langsung tertunduk dan entah menjawab apa. Hatinya begitu tersentuh dengan perkataan bocah itu. Dia kemudian memilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Dia memilih untuk segera mencuci muka dan mengambil songkoknya.


Pemain I : (masuk kembali ke ruangan itu dan berdoa)
Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu yang telah berada pada jalan yang salah
Ya..Allah. aku begitu bersyukur telah engkau karuniai anak yang bisa menyadarkanku
Ya...Allah, aku berjanji. Aku berjanji
Aku akan bertaubat Nasuha
Anak 2 : Nasuha itu apa ya....
Pemain I : Ya Allah aku akan bertaubat secara menyeluruh. Sebenar-benarnya taubat
Anak : Itulah taubat nasuha...
Pemain I : Ya Allah, jadikanlah aku hamba-Mu yang setia kepada-Mu. Hamba yang taat untuk melaksankan perintah-Mu. Hamba yang jauh dari perbuatan yang engaku tidak ridhai.
Setelah Pemain I berdoa, dia kemudian memeluk anak-anak itu. Badannya yang besar membuat anak-anak itu terangkul semuanya sekali pelukan.


SEKIAN


































CONSCIOUSNESS

Pemain I : (alone)Life is something beatiful. Life is for eternaty.
Life, death. Akhhh.....No death. Death meet only for those who has fear of death. Ih...h..h but, the truth, i am afraid of death too. Akh....i won’t be die. My body is so big. I have a car . I own everything. I am sure that angel is afraid to take away my soul. I will wrap the angel in a shroud. She is the only one who dies.
Perform prayer five times a day, ah...They just waste my time.
Fasting in Ramadhan! No, No way!.let alone every Sunday and Thursday, Well I don’t want.I am afraid. I don’t want to get my body thin, I am sure fasting just makes my body sick and thin.
Pray Duha every day?, All of those things just disturb my breakfast.Isn’t breakfast better than that?. Drink much milk will keep my body helthy, by doing that even angel can’t take my soul away.
Some people say that in heaven, there is a river made of milk, but i like a strawberry milk.is there a strawberry of milk over there?They even say that there is a place call hell and people who doesn’t pray will be put in there?!. Have they been there before? I don’t believe in all.They are all bull shit. Dreaming, fantasy. Dreaming....Fantasy.... Khayalan....dreaming.... Dre....am.....

After that Pemain I left the room. We have no idea about what he does that time of the night.

Not long after that two men enter the room, they are Anak 2 dan Anak .They are both are religious people. Obey the religious teching and friendly to others..
Anak : Anak 2, sini dengarkan saya (sambil menarik tangan Anak 2). Mat, katanya kamu berteman dengan Anak 3. Itu tuh anaknya pak Pemain I. Pak Pemain I yang badannya begitu besar. Sebesar......syut..syut
Dalam agama kita dilarang mencela.
Anak 2 : Apakah namanya kita mencela, kalau memang keadaannya seperti itu.
Anak : Ya, kalau salah namanya kan fitnah, kalau benar kan namanya gibah.
Anak 2 : Tidak sia-sia aku punya teman sepertimu.
Anak : (menepuk dada) siapa dulu dong. Pengajarnya kan pak Husain, eh...pak Alam juga.
Anak 2 : Jangan lupa pak Yudhi Jib, awas entar kamu dihukum gara-gara ngga sebutkan namanya.
Anak : Iya, pak Yudhi juga. Itu kan pak Yudi yang keren itu!
Anak 2 : Jib, ngomong-ngomong, entar kamu mau ngga ke masjid untuk shalat. Kita ini kan diwajibkan untuk shalat lima kali sehari semalam. Apalagi kalau kita laksanakan di masjid katanya berlipat 27 kali pahalanya.
(sambil menghitung dengan bibir berkomat-kamit)
Anak : Iya. Aku sebentar shalatnya di masjid. Apa kamu tidak pernah dengar suaraku yang merdu ini azan di sana?
Anak 2 : Oh, itu suara kamu ya....yang....
Anak : (langsung menyela) Yang apa. Mau ngejek aku juga ya!
Anak 2 : Ah, tidak. Maksudnya suara yang begitu merdu kedengarannya. Merdu sekali!.
Anak : Hei Mat. Kamu dengar kan, masjid sudah bershalawat. Artinya sebentar lagi masuk waktu shalat. Sekarang mari kita sama-sama pulang ke rumah mengganti pakaian kemudian ke mesjid. Sampai ketemu di masjid sebentar ya...
Anak 2 : Iya, aku mau dengar suaramu yang merdu itu untuk azan ya....
(sambil melambaikan tangan kepada Anak )
mereka pun berpisah
(kemudian Pemain I kembali masuk pada latar yang berbeda) (dia kemudian mendengarkan suara azan)
Pemain I : Azan again..., azan again.it’s the best time to sleep now .Isn’t sleeping is good for us?. May be this Mungkin juga air liur ini akan sedikit mengalir menandakan bahwa memang betul-betul nyenyak.

Mendengar suara Azan, Anak 3, anak pak Pemain I segera masuk untuk mengingatkan orangtuanya.
Anak 3 : Pak, apa bapak tidak mendengar suara azan itu?
Pemain I : Hei,Do you think i am deaf!Yes... I hear it.That is sound of adzan, right.The sound that disturb my ears. Tadi saja air liurku sudah membentuk pulau kalimantan, tiba-tiba azan itu membangunkanku. Padahal aku berencana menggambar pulau kalimantan dan sumatra.
Anak 3 : Lantas, kenapa bapak tidak segera ke masjid.
Pemain I : Hey you little children.How dear you teach me.I am a big person now.I am your parents as source, so that you can be here in this world.Isn’t that me who has to teach you?
You listen to me boys, life is for eternity.Live forever, eternity as stars that that accompany moon for real every night. Like ti abadinya busa-busa menghibur air yang setia pada sungai yang berliku.
Anak 3 : Ternyata ayah romantis juga ya...! mungkin karena itu ibu jatuh hati pada ayah. Padahal ayah kan, orangnya malas beribadah.
Pemain I : Ibadah bukan soal. Yang penting uang. Uang men. Uang.... sekarang uang bisa segala-galanya
Dengar. Keuangan yang Maha Esa. Bukan lagi Ketuhanan.
Raiahan : ( menggeleng-gelengkan kepala)
Bapakku benar-benar telah lupa akan sang pencipta. Dia telah begitu dipengaruhi oleh kehidupan dunia. Kehidupan yang hanya sementara. Kehidupan yang hanya akan membawa kita pada kehancuran ketika tidak mampu untuk melawan keinginan. Keinginan yang serakah.
Pa, kalau begitu aku ke masjid dulu. Semoga bapak cepat berubah...
Pemain I : Ya...(sambil mengambil bantal kemudian memeluknya) dia kemudian melongsorkan badannya untuk melanjutkan mimpinya) (sempat terdengar suara ngorok dar Pemain I)

Sementara ketiga bocah ini, setelah melaksankan shalat berjamaah tidak langsung pulang ke rumah. Mereka berkumpul di teras masjid sambil ngobrol-ngobrol. Anak 3 tiba-tiba memotong pembicaraan dan mengajak teman-temannya untuk bermain di rumahnya. Tujuan permainan mereka adalah sebenarnya untuk mempengaruhi ayahnya yang malas itu. Malas beribadah, dan malas segala-galanya. Mereka pun bersepakat untuk melakukan itu. Ketiga anak ini kemudian beranjak dari masjid dan menuju rumah Anak 3
Anak 3 : Assalamualaikum.
Bapak, aku udah pulang.
(Pemain I yang dari tadi masih tertidur tidak memperdulikan mereka)
Mereka pun berkumpul pada ruang itu sementara di sana juga pak Pemain I sedang tertidur.
Anak : Kamu dengar tidak apa yang diucapkan pak Ustad tadi. Katanya, orang yang semasa hidupnya tidak taat kepada Allah akan dilaknat di hari akhirat.
Anak 2 : Dilaknat itu apaan sih...
Anak 3 : Dasar, dilaknat...ya..dilaknat....
Anak 2 : Apa....ya...dilaknat. he...makanya
Anak : Sudah-sudah. Dilaknat itu, artinya mereka akan disika karena mereka tidak melaksankan perintah Allah. Mereka hanya mengikuti kemauannya sediri.
(Anak 2 dan Anak 3 saling tatap kemudian tersenyum)
(sementara itu Pemain I yang merasa terganggu sudah mulai balik kiri kanan) tak lama kemudian matanya terbuka, walau dia tidak mau beranjak dari tempat tidurnya)
Anak 3 : Oh, jadi biarpun badan seseorang besar kalau tidak taat beribadah juga akan dilaknat ya.!
Anak 2 : Ya...iyalah. kok kamu ngga ngerti sih...
Anak : Sebesar bagaimanapun badan seseorang, itu sama di hadapan Allah. Allah tidak mengenal suku, ras, dan berat badan. Apalagi bau...badan!
Anak 3 : Jadi, semua orang akan diperiksa sesuai dengan amalannya?
Anak : Betul sekali. Di hadapan Allah, tinggallah amalan seseorang yang akan membantunya. Lidahnya di gunakan untuk apa? Matanya dia gunakan untuk apa? Tangannya dia gunakan untuk memegang apa? Dan kakinya dia langkahkan ke mana? Semua anggota tubuh kita akan bersaksi di hadapan Sang Halik.
(tiba-tiba Pemain I bangun dan langsung bersin) (bersinnya begitu besar, seakan memecah ruangan itu)
Anak 2 : Eh..bapak, semakin gemuk saja. Maaf kalau kami mengganggu pak.
Pemain I : Bagus, tau diri ya...ya, benar kamu memang dari tadi mengganggu tidurku.
Anak 2 : Apa bapak mendengar pembicaraan kami?
Pemain I : Ya...emangnya aku ini budeg. Ya..dengarlah.
Anak : Pak, katanya orang yang malas beribadah kepada Allah akan dilaknat ya....
Mendegar pertanyaan itu Pemain I langsung tertunduk dan entah menjawab apa. Hatinya begitu tersentuh dengan perkataan bocah itu. Dia kemudian memilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Dia memilih untuk segera mencuci muka dan mengambil songkoknya.
Pemain I : (masuk kembali ke ruangan itu dan berdoa)
Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu yang telah berada pada jalan yang salah
Ya..Allah. aku begitu bersyukur telah engkau karuniai anak yang bisa menyadarkanku
Ya...Allah, aku berjanji. Aku berjanji
Aku akan bertaubat Nasuha
Anak 2 : Nasuha itu apa ya....
Pemain I : Ya Allah aku akan bertaubat secara menyeluruh. Sebenar-benarnya taubat
Anak : Itulah taubat nasuha...
Pemain I : Ya Allah, jadikanlah aku hamba-Mu yang setia kepada-Mu. Hamba yang taat untuk melaksankan perintah-Mu. Hamba yang jauh dari perbuatan yang engaku tidak ridhai.
Setelah Pemain I berdoa, dia kemudian memeluk anak-anak itu. Badannya yang besar membuat anak-anak itu terangkul semuanya sekali pelukan.


SEKIAN

Puisi Kawan

SAJAK MALAM

Cinta telah hadir menjadi sebuah nostalgia masa silam
Hadirnya tidak diduga, mengalir bersama darah, dan kadang mesti berubah menjadi air mata. Air mata bagai titik bening yang mengalir di sela pipi. Aku kadang tak mampu mengungkapkannya

Aku talah jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi hanya sekadar jatuh cinta. Bukan niat untuk memilikimu. Aku hanya ingin ketika esok pada tarikan nafasmu yang ketiga, maka kau menyebut namaku dan atas nama cinta.

Aku ingin mengajakmu bercengkrama di belakang rumahku. Mahkota yang telah kau rawat bertahun-tahun ingin kubelai menjadi sesuatu yang boleh disentuh oleh pengembara lain.

Tapi sayang pada langkahku yang ketiga serta tarikan nafasku yang keenam seorang pengembara lain telah datang mendahuluiku memeluk kenangan manismu. Pohon kamboja itu hanya diam, dia tak mampu berkata apa-apa.

Di suaru serambi rumah aku hanya duduk sendiri. Merenung. Mengulam masa silam yang tiada berarti lagi. Selama tinggal kenangan. Selamat tinggal cinta. Tapi hanya untuknya. Bukan untuk semuanya.

Longka, tengah malam 5 Agustus 2007


GARA-GARA SINGKONG

Setahun lamanya ayahku mencangkul
Ladangnya ditanam singkong
Penuhlah ladangnya dengan singkong
Jadilah namanya lahan singkong

Pagi singkong
Siang singkong
Malam juga singkong
Di pasar banyak singkong

Ibuku sering menjul singkong
Karena ayahku suka menaman singkong
Jadilah kami keluarga singkong
Ayah, ibu, anak, dan aku suka singkong

Setahun kemudian ayahku sakit
Menurut dokter, gara-gara singkong
Tiga hari selanjutnya dia mati
Mungkin gara-gara singkong

Dia kemudian di kubur
Di belakang ladang singkong
Gara-gara singkong





MAKASSAR

Wajah kotaku nan indah
Telah kudapati gedung menjulang
Sementara kudengarkan pancangan yang bergetar begitu kuat
Gedung pertemuan berkarpet pesanan

Disana juga kulirik rimbut menyelinap pada dinding
Bersama air yang sedang meninggi
Menapak pada telapak kaki yang berbuah dingin
Bersama beliung memutar pondok

Kau hanya asyik dengan balihomu
Terpajang pada setiap sudut kota

Menanti perubahan!
Save our city
Membangun untuk makassar
Menjadikan makassar kota terdepan!
Dan berbagai macam kata buaian

Hanya satu tanyaku
Akankah kau tak menjilat ludahmu sendiri
Dan beronani dengan ucapmu sendiri
Bermesraan bersama kupu-kupu malam

Makassar, 5 Januari 2008


DUNIA

Dalam jiwa, tatap, dan langkahmu
Penuh keremangan tentang keserakahan
Akankah engkau bertahan dengan keikhlasanmu
Dalam lunglai langkah para pemerasmu

Gunung, lembah dirimu telah remuk
Tak lagi tampak kehijauan dalam bukitmu
Semua karena keegoan seorang hamba

Makassar, 14 Desember 2006


LOSARI

Bentangan limbah di atas birumu
Gundukan plastik dalam penantian sun set mu
Tebaran aroma gila di keindahan hotel hamparanmu

Akankah dapat engkau kembali
Dalam keindahan yang dulu kurasa
Kesejukan senja, cahaya fajar
Keindahan merah dalam kicauan camar pergi tanpa pamit
Oh...oh... losariku, kembalikanlah panoramamu

Kamarku, 14 Desember 06, 07.59





PENGAMEN

Kaleng, berdetak sekeping logam
Dalam untaian suara serak merdu
Nyanyian minta belasan kasih
Tiap serpihan rupiah bagai setitik hujan di musim panas

Kini, engkau tak lagi boleh ada
Jejaran petugas di tiap mangkalmu
Siap menjerat tanpa jaminan
Kebingungan itu harus hilang.
Hidup bukan untuk bingung
Tapi hidup untuk mencari kebahagiaan.

Makassar, 14 Desember 06, 08.00 Wita







MAKASSAR 01

Makassar, dengan losari yang menakjubkan
Dengan juku eja yang menawan di setiap pancingan
Fengasan coto yang sesak di setiap malam
Dengan gemerlap malam yang setia menemani

Bertahan dalam kanalnya yang hitam
Deretn becak di setiap persimpangan uyang semraut
Goyangan koruptor di atas kursi merah
Tirai berkibar dengan hembusan nafsu

Mahasiswa melawan
Dengan kekuatan nurani
Entah nurani yang bertahan.



DEMA

Setahun sudah kuberjuang dengan nurani
Kini, selangkah lagi engkau mesti meniunggalkanku
Kenangan yang telah kita rajuh dalam kebersamaam
Semoga tak menjadi sebuh patamorgana

Simpankanlah sebuah laci untukku
Laci kenangan yang indah
Akan kuisi dan kurawat dengan sebuah keindahan pula
Berbagai nostalgian akan tersusun rapi disana

Pada semua karib yang telah menemaniku
Kuucapkan terima kasih tak terbatas untukmu
Darah, air mata dan kesetiaan telah kau torehkan untukku
Ku tak akan berarti tanpa hadirmu kawan

Segala yang telah kita lalui
Jika didalamnya ada khilaf dan dosa
Maka dengan sudut dan jabatan tangan kuhturkan permohonan maafku untukmu
Kawan, kebersamaan kita tak berakhir di sini

Ku akan selalu setia mengenangmu
Dalam bingkai kebersamaan dan persaudaraan

Adik-adikku
Seilahkan lanjutkan sejarah kami
Buatlah warna kalian di lembaga yang kami cintai
Kami mesti menapakkan kaki,
Tapi bukan untuk pergi selamanya
Kjami ada untuk bersamamau
Kami masih seperti yang dulu
Yang setia menenmainimu.
Makassar, 22 Januari 2007
KEKASIH

Mungkinkah jiwa ini akan mengalun dalam kasih kerinduanmu

Ketika jiwa ini telah syahdu dan tak akan mengering karena kasih rinduku akan selalu bersemi walau tak datang hujan deras yang kau kirimkan dengan kerinduanmu.
Semoga kisih ini menjadi sesuatu yang terindah
Dalam kasih yang setia untuk semua
Bersama rasa bimbang ini dan kemarin juga esok


REFORMASI

Sembilan tahun silam
Kisahmu telah menorehkan darah
Dalam perjuangan yang begitu amis
Tak berdebu

Makassar, 22 mei 2007

KASIH TAK SAMPAI

Pohon camar itu tetap berdiri kokoh di samping rumah
Berderai ketika angin sore meniupnya
Pohon kamboja itu telah rapuh
Bersama usia yang tak lagi ingin bersamanya

Cahaya dari dirimu pun kini telah meredup
Mungkin berganti pada belahan kasih yang lain
Tak ada lagi sebuah titik yang kau sinarkan
Pada wajahku yang sangat merindu
Merindu akan cahaya itu

Betulkan semua yang kurasa
Bahwa jiwamu telah bukan untukku
Atukah aku hanya bermimpi
Tapi, aku sadar bahwa aku belum tertidur


Makassar, 27 Mei 2007





TENTANG PAHLAWAN
Suparmin

Kemarin kakek bercerita tentang masa
Dimana hidup menjadi asa yang kadar sekadar asa
Tapi juga kadang menjadi emas
Jika ingin menyambangi upeti setiap masa

Merah putih bukan untuk menjadi alas tidur
Merah putih adalah perjuangan tetes darah dan keringat
Menjadi pembalut kepala yang bercecer darah
Kadang tak berwarna lagi

Sekarang tombak, badik, dan kalewang
Bukan untuk meneteskan darah lagi
Yangh menjadi harapan nenekku
Pemikiran untuk bangsa

Nenek kemudian menangis
Tangisnya begitu indah
Mengalun syahdu
Dan juga meminta air mata lain
Tentang masa silam, tentang pahlawan.


Walanga, 4 Agustus 2007



RAMADHAN
Armin

Engkau telah kembali membawa kesan kesejukan
Terpampang pintu sorga dalam keinginanmu
Menggembok pintu neraka dengan rantai
Takkan putus dalam tiap masa
Kuyakin semuanya akan menjelma dalam rindu.

Syekh yusuf 13 September 2007



SARJANA

Andai aku disuruh untuk bercerita
Maka aku yakin kalian akan terkesima
Hari-hari dalam penantian
Untuk sebuah masa depan yang begitu terindukan

Berkumpullah kami
Dalam ruang dengan rona yang sama, kebahagiaan
Setelah berjuang bertahun-tahun
Kini semuanya telah teraih
Masa depan telah terpampang di depan mata
Selamat untuk semua kawanku

Makassar, 5 Januari 2007




RINDU

Malam ini aku kembali sulit untuk tertidur
Bayangmu senantiasa menghiasi pikiranku
Kapan jasadmu kembali di depanku
Bersua, untuk saling memadu kasih

Sayang, aku betul-betul rindu
Merindu dalam kesendirian
Selalu menanti kehadiranmu
Mengobati rindu yang tak berujung

Kasih, selamat tidur malam ini
Semoga rinduku hadir dalam mimpimu
Makassar, 25 Februari 2008


Ketika

Di hari yang senja
Lamunan menerawang pada awan
Berkelam bersama mendung
Segera tangiskan bumi

Pada sisi hutan yang tak tersisa
Pada sisi longsor yang maut
Banjir menemani sepinya malam
Berselimut rindu akan masa
Makassar, 13 maret 2008


Malino

Hembusan dingin takapala
Memecah tiap lamunan binisi
Lebatnya pinus
Menenangkan jiwa yang sedih

Darimu bunga edelweis kukirimkan
Untuk keabadian pada dia di sana
Pucuk-pucuk pinusmu
Bergelimang keindahan lipatan awan

Rindu yang menanti
Kerinduan akan dinginnya dirimu
Membawaku pada angan anagan rindu
Bersama malam dalam mimpi indah
Makassar, 13 Maret 08



Pagi

Cahaya datang menjambat kegelapan
Melambaikan tangan untuk bumi
Kicau burung menyelip di balik jendela
Mengusik laba-laba yang terlelap

Malam telah pergi
Bukan untuk selamnya
Pagi telah dating
Pun bukan untuk selamanya

Keduanya damai dalam perputaran
Tak pernah nekat untuk saling menggantikan
Tak pernah saling merusak untuk sebuah ego
Damai, tenang, tak saling mengusik

Tidak dengannya
Yang terusik karena rencana internasional
Berkomat ketakutan
Lalu kehilangan masa depan dan juga masa sekarang.




















Pns

Kuulurkan tanganku untuk sebuah rindu
Kukepakkan telinga demi masa depan cerah
Telah tiba masanya
Untuk mengubah nasib

Dari usia ke usia
Dari langkah ke langkah
Semuanya telah terjalin untuk masa depan
Hai, kpanggil engkau
Rekatkan niatmu
Tentukan keinginanmu.
Untuk masa depan yang indah














Revolusi

Sejarah Awal Perkumpulan Organisasi Gerakan Pemuda Indonesia - Sejarah Pra Kemerdekaan RI
Sebelum Indonesia merdeka, negara kita memiliki berbagai organisasi kepemudaan yang beranggotakan para pemuda-pemudi Indonesia baik yang bersifat nasional maupun kedaerahan. Berikut ini adalah daftar beberapa organisasi perkumpulan pemuda di Indonesia :
1. Budi Utomo / Boedi Oetomo
Budu Utomo berdiri pada tahun 1908 yang pada awal mula berdirinya merupakan organisasi pelajar yang ruang lingkupnya masih kedaerahan, namun pada perkembangannya berubah menjadi organisasi perkumpulan pemuda nasional.
2. Trikoro Dharmo / Tri Koro Dharmo
Trikoro Dharmo adalah sebuah perkumpulan pemuda yang berasal dari Jawa pada tahun 1915 di gedung kebangkitan nasional. Organisasi ini kemudian mengubah nama menjadi Jong Jawa pada kongres di Solo. Arti definisi / pengertian dari tri koro dharmo adalah Tiga Tujuan Mulia.
3. Jong Sumatra Bond (Persatuan Pemuda Sumatra)
Organisasi oni berdiri pada tahun 1917 yang memiliki tujuan untuk mempererat hubungan antar pelajar yang berasal dari sumatera. Beberapa toko terkenal dari organisasi ini yaitu seperti M. Hatta dsan M. Yamin.
4. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
Organisasi yang satu ini berdiri pada tahun 1925 yang diprakarsa oleh mahasiswa Jakarta dan Bandung dengan tujuan untuk Kemerdekaan Indonesia.
5. Jong Indonesia
Perkumpulan pemuda dan pemudi ini didirikan pada tahun 1927 di Bandung di mana kemudian organisasi ini diubah menjadi Pemuda Indonesia untuk yang berjenis kelamin laki-laki dan Putri Indonesia bagi yang perempuan. Pemuda Indonesia membuat kongres di mana pada kongres yang kedua menghasilkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
6. Indonesia Muda
Indonesia Muda adalah organisasi nasional yang lahir karena dorongan Sumpah Pemuda pada tahun 1930 sebagai peleburan banyak organisasi pemuda daerah / lokal.
7. Organisasi Perkumpulan Daerah
Setelah muncul jong jawa dan jong sumatra bond, maka bermunculanlah organisasi lokal kedaerahan lain seperti jong celebes, jong ambon, jong minahasa, dan lain sebagainya.

Cerita Tentang Pergerakan Mahasiswa
Malam ini sepulang dari misa sore, saya berdiskusi dengan adek saya tentang pergerakan mahasiswa. Adek saya adalah salah satu petinggi BEM di kampusnya saat ini. Dia bercerita mengenai dinamika dan kondisi gerakan mahasiswa di kampusnya itu. Ada banyak cerita yang muncul, mulai dari cerita yang heroik sampai cerita yang paling konyol.
Cukup banyak cerita yang sama dengan pengalaman saya sewaktu di fisipol tempo dulu. Cerita tentang perjuangan mahasiswa dengan pergerakannya yang ingin membela rakyat kecil dengan menegakkan keadilan di negeri ini. Sungguh merupakan suatu niatan yang mulia dan sudah menjadi tugas mahasiswa sebagai agent of change di negeri yang sedang belajar berdemokrasi ini.

Sejarah telah membuktikan bahwa gerakan mahasiswa merupakan kekuatan politik yang cukup diperhitungkan di negeri ini. Saya pribadi kagum dan salut dengan keberanian teman-teman yang berjuang dalam pergerakan mahasiswa untuk memperjuangkan hak-hak rakyat kecil. Dulu waktu di SMA saya sangat menyukai pelajaran Tata Negara dan juga Wawasan Kebangsaan. Saya tertarik dengan dunia politik dan sering berdiskusi dengan teman atau kakak kelas yang telah menjadi aktivis gerakan. Pertama kali mengenal teknik-teknik melakukan demo pada waktu melaksanakan OSPEK di fakultas fisipol. Hal ini membuat saya semakin bersemangat dan berminat untuk memasuki salah satu gerakan di kampus fisipol pada era 1998. Namun niatan itu saya urungkan ketika saya melihat beberapa fenomena yang tidak sehat dalam dunia gerakan mahasiswa itu sendiri.
Beberapa diantaranya adalah :
- Gerakan mahasiswa identik dengan intimidasi dan kekerasan. Mahasiswa yang katanya anti militerisme ternyata justru memelihara karakter kekerasan militer dengan melakukan intimidasi pada orang-orang yang berbeda pendapat. Pemeliharaan budaya militerisme dan intimidasi bisa dilihat dari OSPEK di tahun 90an waktu itu. Saya dan beberapa teman saya pernah disidang dan diintimidasi karena berbeda pendapat dengan gerakan aliran tertentu.
- Setiap gerakan mahasiswa memiliki visi yang berbeda-beda dan terlalu eksklusif dengan kelompoknya sendiri sehingga saya seringkali melihat satu sama lain malah sibuk berkelahi sendiri. Mereka cenderung membela kepentingan berdasarkan kebenaran menurut kelompoknya sendiri.
- Anarkis. Kebanyakan demonstrasi berakhir dengan kerusuhan dan pengrusakan hasil-hasil pembangunan sehingga negeri ini justru tidak pernah maju dalam pembangunan namun semakin rusak dan kacau.
- Komitmen sesaat dan kemunafikan. Hampir sama dengan apa yang diceritakan dalam film GIE. Beberapa senior aktivis gerakan jaman dahulu ketika sudah menduduki kursi pemerintahan meninggalkan komitmennya karena uang ataupun kesenangan lainnya. Bisa dilihat dari daftar koruptor yang beberapa diantaranya mempunyai track record sebagai mantan aktivis gerakan mahasiswa.
- Beberapa fakta yang pernah beredar di kalangan dosen menyebutkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang menjadi aktivis demo dalam suatu gerakan mahasiswa tidak memiliki prestasi akademik di kampusnya. Muncul sebuah persepsi bahwa gerakan mahasiswa hanyalah sebuah tempat pelarian masalah orang-orang yang tak berakal. Ini dikuatkan dengan budaya mengutamakan kekerasan dalam tiap aksi. Lebih memilih menggunakan otak di kaki daripada di kepala ?

Cerita adek saya membuat saya semakin yakin bahwa beberapa fenomena yang tidak sehat diatas masih saja terjadi saat ini. Jika saja gerakan mahasiswa bisa melepaskan diri dari hal - hal yang tersebut di atas, saya yakin semakin banyak orang yang bersimpati dan mendukung pergerakan mahasiswa.
Dalam suatu kesempatan, seorang adek kelas saya menuliskan sebuah semboyan yang berbunyi “Mendidik Rakyat dengan Pergerakan dan Mendidik Penguasa dengan Perlawanan”. Sebuah semboyan yang cukup bagus filosofinya dan juga sering diusung oleh sebuah gerakan mahasiswa tertentu.
Pertanyaan saya adalah :
- Apakah kerusuhan anarkis dalam setiap demo yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan kesalahan tafsir mahasiswa terhadap semboyan ini? Menafsirkan pergerakan dan perlawanan sebagai sebuah aksi radikal yang berujung pada kekerasan?
Jika benar demikian, saya rasa akan terjadi sebuah peperangan yang berkepanjangan antar saudara sebangsa sendiri. Hal ini disebabkan karena demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sebagian rakyat dididik untuk bergerak dan melawan penguasa yang merupakan bagian rakyat yang lain. Sedangkan sebagian rakyat lain yang duduk sebagai penguasa selalu bersiap untuk menghadapi perlawanan dari rakyat yang lainnya. Maka terjadilah perang dari rakyat, oleh rakyat dan untuk kehancuran rakyat itu sendiri.
Tidakkah seharusnya Rakyat dan Penguasa adalah mitra abadi yang seharusnya saling membangun dan saling melengkapi satu sama lain? Sepertinya tidak untuk di negeri ini. ;)


Tong kosong, nyaring bunyinya tapi sedikit manfaatnya selain memekakkan telinga. Aksi massa yang dilakukan oleh seratusan orang yang mengaku mahasiswa kemarin dilaporkan sangat anarkis. Apakah mereka betul adalah mahasiswa? Mahasiswa yang seyogyanya menggunakan akal pikir otaknya untuk bergerak menegakkan kebenaran ternyata hanyalah kumpulan orang yang telah berubah menjadi sangar dan mengerikan. Itukah cermin calon pemimpin bangsa Indonesia? Selalu mengutamakan kekerasan dalam bertindak?
Aksi massa yang dilakukan mahasiswa kemarin benar-benar suatu pergerakan yang tidak cerdas. Lebih banyak kerugiannya dibanding keuntungan dari aksi tersebut. Satu pertanyaan yang muncul adalah apakah benar mahasiswa murni memperjuangkan rakyat yang sedang menderita atau justru menjadi ALAT POLITIK bagi perebutan kekuasaan di Indonesia?
Apa yang diperoleh oleh rakyat dengan aksi massa tersebut? Selain menghasilkan :
- Kemacetan parah, sehingga kegiatan banyak orang terhambat. Produktivitas orang-orang bekerja juga terhambat. Banyak sopir-sopir angkutan masal yang penghasilannya berkurang karena tidak bisa bekerja.
- Rasa takut dan kecemasan. Bagaimana rasanya jika anda adalah ibu-ibu yang ada di bus yang dihentikan dan diusir keluar? atau bagaimana rasanya jika anda menjadi penumpang mobil berplat merah yang digulingkan dan dibakar?
- Korban-korban kekerasan fisik dari mahasiswa dan polisi.
- Kerusakan material baik pagar dewan, mobil yang dibakar, maupun fasilitas umum lainnya yang nota bene adalah hasil uang rakyat.
- Mahasiswa turut memperparah global warming dengan membakar ban bekas!!!

Jika pergerakan mahasiswa hanya dipandang sebagai kekuatan massa, maka peristiwa tahun 1998 akan kembali terjadi. Kekuatan hebat yang bisa menggulingkan kekuasaan tapi tidak bisa diandalkan untuk membangun negeri ini.
Saya sendiri salut dengan orang-orang muda yang masih bertahan dengan gerakan nyata selain aksi massa. Lihatlah aksi mereka dalam KULIAH KERJA NYATA, dalam PRAKTEK KERJA PROFESI, ataupun orang-orang muda yang bergerak secara personal memajukan masyarakat sekitar dengan suatu pemberdayaan, atau mahasiswa-mahasiswa yang menciptakan suatu inovasi baru sebagai solusi menghadapi kesulitan hidup di negeri ini.
Aksi massa tentang kenaikan BBM menurut saya adalah sebuah isu untuk menggulingkan kekuasaan, bukan untuk memperjuangkan rakyat dan kemajuan bangsa Indonesia sendiri. Apa gunanya BBM murah jika pada akhirnya kita menjadi orang yang tergantung dengan minyak yang langka? Hal yang seharusnya dirubah adalah bagaimana perilaku kita dalam menghemat penggunaan BBM bukan menuntut harga BBM diturunkan.
Baru-baru ini saya mendengar tentang gerakan masyarakat pecinta air (egmca.org) yang menemukan teknologi baru untuk menghemat BBM. Juga berbagai berita tentang kreativitas seseorang dalam memanfaatkan BBM alternatif seperti gas sebagai BBM motor. Kesulitan BBM membuat mereka menggerakkan kreativitasnya dan hal inilah yang justru membantu masyarakat untuk semakin maju dan tidak bergantung pada sumber daya alam yang terbatas.
Lalu akankah gerakan massa mahasiswa berubah? Jika mahasiswa hanya mengutamakan kekerasan dan aksi massa anarkis, maka lambat laut simpati masyarakat akan berkurang. Mahasiswa bukan lagi agent of change tapi agent of terror. Hanya bisa menggulingkan tanpa bisa membangun, itulah calon pemimpin bangsa Indon esia dan semakin terpuruklah bangsa Indon esia.
Hai mahasiswa Indon esia, mana akal pikirmu? Jika hanya kekerasan, semua orang juga bisa melakukan kekerasan. Jika hanya bisa menekan pemerintah, semua orang juga bisa menekan pemerintah. Jika hanya bisa menggulingkan kekuasaan, tanpa menjadi mahasiswa pun orang bisa menggulingkan kekuasaan.
Suatu refleksi buat saya untuk kembali lagi ke masyarakat dalam Praktek Kerja Profesi, masyarakat kecil tidak membutuhkan demo, atau turunnya BBM. Mereka lebih membutuhkan tangan-tangan yang mendampingi mereka, mendengarkan keluh kesah mereka, melatih mereka untuk menyiasati beratnya hidup, memotivasi dan membuka kesempatan mereka untuk berkarya, melepas mental miskin dan ketergantungan dalam kemiskinan struktural, serta menjadi suara mereka yang nyaris tak terdengar oleh tong kosong para mahasiswa dalam aksi massanya.




Gerakan mahasiswa di Indonesia
Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa.
Sejarah
1908
Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.
Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.
Dalam 5 tahun permulaan BU sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan bergerak maju dapat dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai kedudukan monopoli dan oleh karena itu BU maju pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah mempunyai 40 cabang dengan lk.10.000 anggota.
Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam mendirikan Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi Perhimpunan Indonesia, tahun 1925.
Berdirinya Indische Vereeninging dan organisasi-organisasi lain,seperti: Indische Partij yang melontarkan propaganda kemerdekaan Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah yang beraliran nasionalis demokratis dengan dasar agama, Indische Sociaal Democratische Vereeninging (ISDV) yang berhaluan Marxisme, menambah jumlah haluan dan cita-cita terutama ke arah politik. Hal ini di satu sisi membantu perjuangan rakyat Indonesia, tetapi di sisi lain sangat melemahkan BU karena banyak orang kemudian memandang BU terlalu lembek oleh karena hanya menuju "kemajuan yang selaras" dan terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk daerah yang berkebudayaan Jawa) meninggalkan BU. Oleh karena cita-cita dan pemandangan umum berubah ke arah politik, BU juga akhirnya terpaksa terjun ke lapangan politik.
Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.











1928
Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische Vereeninging (nantinya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik yang di hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925.
Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudian Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St. Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam pada tahun 1930-an.
Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI.
1945
Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI), sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).
Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan.
Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya memilih untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda lainnya terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah, berperan besar dalam melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi 1945, yang menentukan kehidupan bangsa.
Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok bawah tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.
1966
Sejak kemerdekaan, muncul kebutuhan akan aliansi antara kelompok-kelompok mahasiswa, diantaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), yang dibentuk melalui Kongres Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947.
Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan organisasi dibawah partai-partai politik. Misalnya, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat dengan PNI, Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berafiliasi dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, dan lain-lain.
Diantara organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil sebagai salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955. CGMI secara berani menjalankan politik konfrontasi dengan organisasi mahasiswa lainnya, bahkan lebih jauh berusaha mempengaruhi PPMI, kenyataan ini menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI, terutama dipicu karena banyaknya jabatan kepengurusan dalam PPMI yang direbut dan diduduki oleh CGMI dan juga GMNI-khususnya setelah Konggres V tahun 1961.
Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni HMI,PMII,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI). Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.
Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.
Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya Akbar Tanjung, Cosmas Batubara Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi, dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabibet pemerintahan Orde Baru. di masa ini ada salah satu tokoh yang sangat idealis,yang sampai sekarang menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang idealis setelah masanya,dia adalah seorang aktivis yang tidak peduli mau dimusuhi atau didekati yang penting pandangan idealisnya tercurahkan untuk bangsa ini,dia adealah soe hok gie
1974
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer.
Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim Orde Baru, seperti:
• Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama di masa Orde Baru pada 1972 karena Golkar dinilai curang.
• Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.
Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi. Lahirlah, selanjutnya apa yang disebut gerakan "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori Arif Budiman yang progaram utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan korupsi.
Menyusul aksi-aksi lain dalam skala yang lebih luas, pada 1970 pemuda dan mahasiswa kemudian mengambil inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo. Terbentuknya KAK ini dapat dilihat merupakan reaksi kekecewaan mahasiswa terhadap tim-tim khusus yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), Task Force UI sampai Komisi Empat.
Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara dalam bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan mengkooptasi kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk perundang-undangan. Misalnya, melalui undang-undang yang mengatur tentang pemilu, partai politik, dan MPR/DPR/DPRD.
Muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun mahasiswa terhadap sembilan partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi rakyat. Sebagai bentuk protes akibat kekecewaan, mereka mendorang munculnya Deklarasi Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori oleh Arif Budiman, Adnan Buyung Nasution, Asmara Nababan.
Dalam tahun 1972, mahasiswa juga telah melancarkan berbagai protes terhadap pemborosan anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek eksklusif yang dinilai tidak mendesak dalam pembangunan,misalnya terhadap proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di saat Indonesia haus akan bantuan luar negeri.
Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Gerakan mahasiswa di Jakarta meneriakan isu "ganyang korupsi" sebagai salah satu tuntutan "Tritura Baru" disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga; sebuah versi terakhir Tritura yang muncul setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di Bandung sebelumnya. Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi Presiden.
1978
Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi protes kecil tetap ada.
Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan politik diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai penusukan tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di daerah-daerah, strategi dan hakekat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya yang bersifat lokal. Gerakan ini juga mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional.
Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai perguruan tinggi. Namun demikian, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa. Pada periode ini terjadinya pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap telah melakukan pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah kampus. Karena gerakan mahasiswa tidak terpancing keluar kampus untuk menghindari peristiwa tahun 1974, maka akhirnya mereka diserbu militer dengan cara yang brutal. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh Indonesia.
Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan hasil. Meski demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah, yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat bahkan menolak kepemimpinan nasional.
Era NKK/BKK
Setelah gerakan mahasiswa 1978, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa selama beberapa tahun akibat diberlakukannya konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah secara paksa.
Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Dooed Yusuf dilantik tahun 1979. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Menyusul pemberlakuan konsep NKK, pemerintah dalam hal ini Pangkopkamtib Soedomo melakukan pembekuan atas lembaga Dewan Mahasiswa, sebagai gantinya pemerintah membentuk struktur keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga kemahasiswaan.
Dengan konsep NKK/BKK ini, maka peranan yang dimainkan organisasi intra dan ekstra kampus dalam melakukan kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi lumpuh. Ditambah dengan munculnya UU No.8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan maka politik praktis semakin tidak diminati oleh mahasiswa, karena sebagian Ormas bahkan menjadi alat pemerintah atau golongan politik tertentu. Kondisi ini menimbulkan generasi kampus yang apatis, sementara posisi rezim semakin kuat.
Sebagai alternatif terhadap suasana birokratis dan apolitis wadah intra kampus, di awal-awal tahun 80-an muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap mungkin tidak tersentuh kekuasaan refresif penguasa. Dalam perkembangannya eksistensi kelompok ini mulai digeser oleh kehadiran wadah-wadah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh subur pula sebagai alternatif gerakan mahasiswa. Jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (himpunan mahasiswa islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI (Pergerakan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung. Mereka juga membentuk kelompok-kelompok diskusi dan pers mahasiswa.
Beberapa kasus lokal yang disuarakan LSM dan komite aksi mahasiswa antara lain: kasus tanah waduk Kedung Ombo, Kacapiring, korupsi di Bapindo, penghapusan perjudian melalui Porkas/TSSB/SDSB.
1990
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi pro kontra, menamggapi SK tersebut. Oleh mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa. Argumen mahasiswa yang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam hiden agenda untuk menarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan kekuatan di luar kampus.
Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi karena kegagalan konsep ini. Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah mengherankan bila akhirnya berdiri Dewan Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang kemudian diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di tanah air sebagai landasan bagi pendirian model organisasi kemahasiswaan alternatif yang independen.
Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa ditahun 1990-an.
Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987 - 1990 sehingga akhirnya demonstrasi bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi di luar kampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.
1998
Gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998, lewat pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999.

Revolusi

Sejarah Awal Perkumpulan Organisasi Gerakan Pemuda Indonesia - Sejarah Pra Kemerdekaan RI
Sebelum Indonesia merdeka, negara kita memiliki berbagai organisasi kepemudaan yang beranggotakan para pemuda-pemudi Indonesia baik yang bersifat nasional maupun kedaerahan. Berikut ini adalah daftar beberapa organisasi perkumpulan pemuda di Indonesia :
1. Budi Utomo / Boedi Oetomo
Budu Utomo berdiri pada tahun 1908 yang pada awal mula berdirinya merupakan organisasi pelajar yang ruang lingkupnya masih kedaerahan, namun pada perkembangannya berubah menjadi organisasi perkumpulan pemuda nasional.
2. Trikoro Dharmo / Tri Koro Dharmo
Trikoro Dharmo adalah sebuah perkumpulan pemuda yang berasal dari Jawa pada tahun 1915 di gedung kebangkitan nasional. Organisasi ini kemudian mengubah nama menjadi Jong Jawa pada kongres di Solo. Arti definisi / pengertian dari tri koro dharmo adalah Tiga Tujuan Mulia.
3. Jong Sumatra Bond (Persatuan Pemuda Sumatra)
Organisasi oni berdiri pada tahun 1917 yang memiliki tujuan untuk mempererat hubungan antar pelajar yang berasal dari sumatera. Beberapa toko terkenal dari organisasi ini yaitu seperti M. Hatta dsan M. Yamin.
4. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
Organisasi yang satu ini berdiri pada tahun 1925 yang diprakarsa oleh mahasiswa Jakarta dan Bandung dengan tujuan untuk Kemerdekaan Indonesia.
5. Jong Indonesia
Perkumpulan pemuda dan pemudi ini didirikan pada tahun 1927 di Bandung di mana kemudian organisasi ini diubah menjadi Pemuda Indonesia untuk yang berjenis kelamin laki-laki dan Putri Indonesia bagi yang perempuan. Pemuda Indonesia membuat kongres di mana pada kongres yang kedua menghasilkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
6. Indonesia Muda
Indonesia Muda adalah organisasi nasional yang lahir karena dorongan Sumpah Pemuda pada tahun 1930 sebagai peleburan banyak organisasi pemuda daerah / lokal.
7. Organisasi Perkumpulan Daerah
Setelah muncul jong jawa dan jong sumatra bond, maka bermunculanlah organisasi lokal kedaerahan lain seperti jong celebes, jong ambon, jong minahasa, dan lain sebagainya.

Cerita Tentang Pergerakan Mahasiswa
Malam ini sepulang dari misa sore, saya berdiskusi dengan adek saya tentang pergerakan mahasiswa. Adek saya adalah salah satu petinggi BEM di kampusnya saat ini. Dia bercerita mengenai dinamika dan kondisi gerakan mahasiswa di kampusnya itu. Ada banyak cerita yang muncul, mulai dari cerita yang heroik sampai cerita yang paling konyol.
Cukup banyak cerita yang sama dengan pengalaman saya sewaktu di fisipol tempo dulu. Cerita tentang perjuangan mahasiswa dengan pergerakannya yang ingin membela rakyat kecil dengan menegakkan keadilan di negeri ini. Sungguh merupakan suatu niatan yang mulia dan sudah menjadi tugas mahasiswa sebagai agent of change di negeri yang sedang belajar berdemokrasi ini.

Sejarah telah membuktikan bahwa gerakan mahasiswa merupakan kekuatan politik yang cukup diperhitungkan di negeri ini. Saya pribadi kagum dan salut dengan keberanian teman-teman yang berjuang dalam pergerakan mahasiswa untuk memperjuangkan hak-hak rakyat kecil. Dulu waktu di SMA saya sangat menyukai pelajaran Tata Negara dan juga Wawasan Kebangsaan. Saya tertarik dengan dunia politik dan sering berdiskusi dengan teman atau kakak kelas yang telah menjadi aktivis gerakan. Pertama kali mengenal teknik-teknik melakukan demo pada waktu melaksanakan OSPEK di fakultas fisipol. Hal ini membuat saya semakin bersemangat dan berminat untuk memasuki salah satu gerakan di kampus fisipol pada era 1998. Namun niatan itu saya urungkan ketika saya melihat beberapa fenomena yang tidak sehat dalam dunia gerakan mahasiswa itu sendiri.
Beberapa diantaranya adalah :
- Gerakan mahasiswa identik dengan intimidasi dan kekerasan. Mahasiswa yang katanya anti militerisme ternyata justru memelihara karakter kekerasan militer dengan melakukan intimidasi pada orang-orang yang berbeda pendapat. Pemeliharaan budaya militerisme dan intimidasi bisa dilihat dari OSPEK di tahun 90an waktu itu. Saya dan beberapa teman saya pernah disidang dan diintimidasi karena berbeda pendapat dengan gerakan aliran tertentu.
- Setiap gerakan mahasiswa memiliki visi yang berbeda-beda dan terlalu eksklusif dengan kelompoknya sendiri sehingga saya seringkali melihat satu sama lain malah sibuk berkelahi sendiri. Mereka cenderung membela kepentingan berdasarkan kebenaran menurut kelompoknya sendiri.
- Anarkis. Kebanyakan demonstrasi berakhir dengan kerusuhan dan pengrusakan hasil-hasil pembangunan sehingga negeri ini justru tidak pernah maju dalam pembangunan namun semakin rusak dan kacau.
- Komitmen sesaat dan kemunafikan. Hampir sama dengan apa yang diceritakan dalam film GIE. Beberapa senior aktivis gerakan jaman dahulu ketika sudah menduduki kursi pemerintahan meninggalkan komitmennya karena uang ataupun kesenangan lainnya. Bisa dilihat dari daftar koruptor yang beberapa diantaranya mempunyai track record sebagai mantan aktivis gerakan mahasiswa.
- Beberapa fakta yang pernah beredar di kalangan dosen menyebutkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang menjadi aktivis demo dalam suatu gerakan mahasiswa tidak memiliki prestasi akademik di kampusnya. Muncul sebuah persepsi bahwa gerakan mahasiswa hanyalah sebuah tempat pelarian masalah orang-orang yang tak berakal. Ini dikuatkan dengan budaya mengutamakan kekerasan dalam tiap aksi. Lebih memilih menggunakan otak di kaki daripada di kepala ?

Cerita adek saya membuat saya semakin yakin bahwa beberapa fenomena yang tidak sehat diatas masih saja terjadi saat ini. Jika saja gerakan mahasiswa bisa melepaskan diri dari hal - hal yang tersebut di atas, saya yakin semakin banyak orang yang bersimpati dan mendukung pergerakan mahasiswa.
Dalam suatu kesempatan, seorang adek kelas saya menuliskan sebuah semboyan yang berbunyi “Mendidik Rakyat dengan Pergerakan dan Mendidik Penguasa dengan Perlawanan”. Sebuah semboyan yang cukup bagus filosofinya dan juga sering diusung oleh sebuah gerakan mahasiswa tertentu.
Pertanyaan saya adalah :
- Apakah kerusuhan anarkis dalam setiap demo yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan kesalahan tafsir mahasiswa terhadap semboyan ini? Menafsirkan pergerakan dan perlawanan sebagai sebuah aksi radikal yang berujung pada kekerasan?
Jika benar demikian, saya rasa akan terjadi sebuah peperangan yang berkepanjangan antar saudara sebangsa sendiri. Hal ini disebabkan karena demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sebagian rakyat dididik untuk bergerak dan melawan penguasa yang merupakan bagian rakyat yang lain. Sedangkan sebagian rakyat lain yang duduk sebagai penguasa selalu bersiap untuk menghadapi perlawanan dari rakyat yang lainnya. Maka terjadilah perang dari rakyat, oleh rakyat dan untuk kehancuran rakyat itu sendiri.
Tidakkah seharusnya Rakyat dan Penguasa adalah mitra abadi yang seharusnya saling membangun dan saling melengkapi satu sama lain? Sepertinya tidak untuk di negeri ini. ;)


Tong kosong, nyaring bunyinya tapi sedikit manfaatnya selain memekakkan telinga. Aksi massa yang dilakukan oleh seratusan orang yang mengaku mahasiswa kemarin dilaporkan sangat anarkis. Apakah mereka betul adalah mahasiswa? Mahasiswa yang seyogyanya menggunakan akal pikir otaknya untuk bergerak menegakkan kebenaran ternyata hanyalah kumpulan orang yang telah berubah menjadi sangar dan mengerikan. Itukah cermin calon pemimpin bangsa Indonesia? Selalu mengutamakan kekerasan dalam bertindak?
Aksi massa yang dilakukan mahasiswa kemarin benar-benar suatu pergerakan yang tidak cerdas. Lebih banyak kerugiannya dibanding keuntungan dari aksi tersebut. Satu pertanyaan yang muncul adalah apakah benar mahasiswa murni memperjuangkan rakyat yang sedang menderita atau justru menjadi ALAT POLITIK bagi perebutan kekuasaan di Indonesia?
Apa yang diperoleh oleh rakyat dengan aksi massa tersebut? Selain menghasilkan :
- Kemacetan parah, sehingga kegiatan banyak orang terhambat. Produktivitas orang-orang bekerja juga terhambat. Banyak sopir-sopir angkutan masal yang penghasilannya berkurang karena tidak bisa bekerja.
- Rasa takut dan kecemasan. Bagaimana rasanya jika anda adalah ibu-ibu yang ada di bus yang dihentikan dan diusir keluar? atau bagaimana rasanya jika anda menjadi penumpang mobil berplat merah yang digulingkan dan dibakar?
- Korban-korban kekerasan fisik dari mahasiswa dan polisi.
- Kerusakan material baik pagar dewan, mobil yang dibakar, maupun fasilitas umum lainnya yang nota bene adalah hasil uang rakyat.
- Mahasiswa turut memperparah global warming dengan membakar ban bekas!!!

Jika pergerakan mahasiswa hanya dipandang sebagai kekuatan massa, maka peristiwa tahun 1998 akan kembali terjadi. Kekuatan hebat yang bisa menggulingkan kekuasaan tapi tidak bisa diandalkan untuk membangun negeri ini.
Saya sendiri salut dengan orang-orang muda yang masih bertahan dengan gerakan nyata selain aksi massa. Lihatlah aksi mereka dalam KULIAH KERJA NYATA, dalam PRAKTEK KERJA PROFESI, ataupun orang-orang muda yang bergerak secara personal memajukan masyarakat sekitar dengan suatu pemberdayaan, atau mahasiswa-mahasiswa yang menciptakan suatu inovasi baru sebagai solusi menghadapi kesulitan hidup di negeri ini.
Aksi massa tentang kenaikan BBM menurut saya adalah sebuah isu untuk menggulingkan kekuasaan, bukan untuk memperjuangkan rakyat dan kemajuan bangsa Indonesia sendiri. Apa gunanya BBM murah jika pada akhirnya kita menjadi orang yang tergantung dengan minyak yang langka? Hal yang seharusnya dirubah adalah bagaimana perilaku kita dalam menghemat penggunaan BBM bukan menuntut harga BBM diturunkan.
Baru-baru ini saya mendengar tentang gerakan masyarakat pecinta air (egmca.org) yang menemukan teknologi baru untuk menghemat BBM. Juga berbagai berita tentang kreativitas seseorang dalam memanfaatkan BBM alternatif seperti gas sebagai BBM motor. Kesulitan BBM membuat mereka menggerakkan kreativitasnya dan hal inilah yang justru membantu masyarakat untuk semakin maju dan tidak bergantung pada sumber daya alam yang terbatas.
Lalu akankah gerakan massa mahasiswa berubah? Jika mahasiswa hanya mengutamakan kekerasan dan aksi massa anarkis, maka lambat laut simpati masyarakat akan berkurang. Mahasiswa bukan lagi agent of change tapi agent of terror. Hanya bisa menggulingkan tanpa bisa membangun, itulah calon pemimpin bangsa Indon esia dan semakin terpuruklah bangsa Indon esia.
Hai mahasiswa Indon esia, mana akal pikirmu? Jika hanya kekerasan, semua orang juga bisa melakukan kekerasan. Jika hanya bisa menekan pemerintah, semua orang juga bisa menekan pemerintah. Jika hanya bisa menggulingkan kekuasaan, tanpa menjadi mahasiswa pun orang bisa menggulingkan kekuasaan.
Suatu refleksi buat saya untuk kembali lagi ke masyarakat dalam Praktek Kerja Profesi, masyarakat kecil tidak membutuhkan demo, atau turunnya BBM. Mereka lebih membutuhkan tangan-tangan yang mendampingi mereka, mendengarkan keluh kesah mereka, melatih mereka untuk menyiasati beratnya hidup, memotivasi dan membuka kesempatan mereka untuk berkarya, melepas mental miskin dan ketergantungan dalam kemiskinan struktural, serta menjadi suara mereka yang nyaris tak terdengar oleh tong kosong para mahasiswa dalam aksi massanya.




Gerakan mahasiswa di Indonesia
Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa.
Sejarah
1908
Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.
Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.
Dalam 5 tahun permulaan BU sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan bergerak maju dapat dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai kedudukan monopoli dan oleh karena itu BU maju pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah mempunyai 40 cabang dengan lk.10.000 anggota.
Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam mendirikan Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi Perhimpunan Indonesia, tahun 1925.
Berdirinya Indische Vereeninging dan organisasi-organisasi lain,seperti: Indische Partij yang melontarkan propaganda kemerdekaan Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah yang beraliran nasionalis demokratis dengan dasar agama, Indische Sociaal Democratische Vereeninging (ISDV) yang berhaluan Marxisme, menambah jumlah haluan dan cita-cita terutama ke arah politik. Hal ini di satu sisi membantu perjuangan rakyat Indonesia, tetapi di sisi lain sangat melemahkan BU karena banyak orang kemudian memandang BU terlalu lembek oleh karena hanya menuju "kemajuan yang selaras" dan terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk daerah yang berkebudayaan Jawa) meninggalkan BU. Oleh karena cita-cita dan pemandangan umum berubah ke arah politik, BU juga akhirnya terpaksa terjun ke lapangan politik.
Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.











1928
Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische Vereeninging (nantinya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik yang di hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925.
Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudian Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St. Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam pada tahun 1930-an.
Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI.
1945
Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI), sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).
Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan.
Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya memilih untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda lainnya terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah, berperan besar dalam melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi 1945, yang menentukan kehidupan bangsa.
Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok bawah tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.
1966
Sejak kemerdekaan, muncul kebutuhan akan aliansi antara kelompok-kelompok mahasiswa, diantaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), yang dibentuk melalui Kongres Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947.
Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan organisasi dibawah partai-partai politik. Misalnya, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat dengan PNI, Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berafiliasi dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, dan lain-lain.
Diantara organisasi mahasiswa pada masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil sebagai salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955. CGMI secara berani menjalankan politik konfrontasi dengan organisasi mahasiswa lainnya, bahkan lebih jauh berusaha mempengaruhi PPMI, kenyataan ini menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI, terutama dipicu karena banyaknya jabatan kepengurusan dalam PPMI yang direbut dan diduduki oleh CGMI dan juga GMNI-khususnya setelah Konggres V tahun 1961.
Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni HMI,PMII,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI). Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.
Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.
Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya Akbar Tanjung, Cosmas Batubara Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi, dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabibet pemerintahan Orde Baru. di masa ini ada salah satu tokoh yang sangat idealis,yang sampai sekarang menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang idealis setelah masanya,dia adalah seorang aktivis yang tidak peduli mau dimusuhi atau didekati yang penting pandangan idealisnya tercurahkan untuk bangsa ini,dia adealah soe hok gie
1974
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer.
Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim Orde Baru, seperti:
• Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama di masa Orde Baru pada 1972 karena Golkar dinilai curang.
• Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.
Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi. Lahirlah, selanjutnya apa yang disebut gerakan "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori Arif Budiman yang progaram utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan korupsi.
Menyusul aksi-aksi lain dalam skala yang lebih luas, pada 1970 pemuda dan mahasiswa kemudian mengambil inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo. Terbentuknya KAK ini dapat dilihat merupakan reaksi kekecewaan mahasiswa terhadap tim-tim khusus yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), Task Force UI sampai Komisi Empat.
Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara dalam bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan mengkooptasi kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk perundang-undangan. Misalnya, melalui undang-undang yang mengatur tentang pemilu, partai politik, dan MPR/DPR/DPRD.
Muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun mahasiswa terhadap sembilan partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi rakyat. Sebagai bentuk protes akibat kekecewaan, mereka mendorang munculnya Deklarasi Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori oleh Arif Budiman, Adnan Buyung Nasution, Asmara Nababan.
Dalam tahun 1972, mahasiswa juga telah melancarkan berbagai protes terhadap pemborosan anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek eksklusif yang dinilai tidak mendesak dalam pembangunan,misalnya terhadap proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di saat Indonesia haus akan bantuan luar negeri.
Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Gerakan mahasiswa di Jakarta meneriakan isu "ganyang korupsi" sebagai salah satu tuntutan "Tritura Baru" disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga; sebuah versi terakhir Tritura yang muncul setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di Bandung sebelumnya. Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi Presiden.
1978
Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi protes kecil tetap ada.
Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan politik diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai penusukan tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di daerah-daerah, strategi dan hakekat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya yang bersifat lokal. Gerakan ini juga mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional.
Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai perguruan tinggi. Namun demikian, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa. Pada periode ini terjadinya pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap telah melakukan pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah kampus. Karena gerakan mahasiswa tidak terpancing keluar kampus untuk menghindari peristiwa tahun 1974, maka akhirnya mereka diserbu militer dengan cara yang brutal. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh Indonesia.
Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan hasil. Meski demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah, yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat bahkan menolak kepemimpinan nasional.
Era NKK/BKK
Setelah gerakan mahasiswa 1978, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa selama beberapa tahun akibat diberlakukannya konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah secara paksa.
Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Dooed Yusuf dilantik tahun 1979. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Menyusul pemberlakuan konsep NKK, pemerintah dalam hal ini Pangkopkamtib Soedomo melakukan pembekuan atas lembaga Dewan Mahasiswa, sebagai gantinya pemerintah membentuk struktur keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga kemahasiswaan.
Dengan konsep NKK/BKK ini, maka peranan yang dimainkan organisasi intra dan ekstra kampus dalam melakukan kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi lumpuh. Ditambah dengan munculnya UU No.8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan maka politik praktis semakin tidak diminati oleh mahasiswa, karena sebagian Ormas bahkan menjadi alat pemerintah atau golongan politik tertentu. Kondisi ini menimbulkan generasi kampus yang apatis, sementara posisi rezim semakin kuat.
Sebagai alternatif terhadap suasana birokratis dan apolitis wadah intra kampus, di awal-awal tahun 80-an muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap mungkin tidak tersentuh kekuasaan refresif penguasa. Dalam perkembangannya eksistensi kelompok ini mulai digeser oleh kehadiran wadah-wadah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tumbuh subur pula sebagai alternatif gerakan mahasiswa. Jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (himpunan mahasiswa islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI (Pergerakan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung. Mereka juga membentuk kelompok-kelompok diskusi dan pers mahasiswa.
Beberapa kasus lokal yang disuarakan LSM dan komite aksi mahasiswa antara lain: kasus tanah waduk Kedung Ombo, Kacapiring, korupsi di Bapindo, penghapusan perjudian melalui Porkas/TSSB/SDSB.
1990
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi pro kontra, menamggapi SK tersebut. Oleh mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa. Argumen mahasiswa yang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam hiden agenda untuk menarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan kekuatan di luar kampus.
Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi karena kegagalan konsep ini. Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah mengherankan bila akhirnya berdiri Dewan Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang kemudian diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di tanah air sebagai landasan bagi pendirian model organisasi kemahasiswaan alternatif yang independen.
Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa ditahun 1990-an.
Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987 - 1990 sehingga akhirnya demonstrasi bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi di luar kampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.
1998
Gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998, lewat pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999.

Sabtu, 12 Desember 2009

Korupsi

Hadi Jamal, Masyarakat, dan Anggota Dewan

Dua Minggu sebelum tanggal 09 April 2009, di mana pemilu akan digelar, KPK menangkap Hadi Jamal sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI dalam drama penjebakan yang dramatis. Dramatis bagi Hadi dan Juga rekannya Rahmawati yang terlibat dalam kasus tersebut. KPK berhasil mengungkap sogoh menyogok dalam pembebasan dan pembangunan bandara serta dermaga di kawasan Indonesia Timur.
Berita tersebut sangat santer dibicarakan mulai tingkat lokal hingga tingkat nasional. Bukan karena apa, Hadi Jamal dikenal sebagai anak ulama yang kharismatik. Hadi Jamal pun dikenal sebagai orang yang besar dan idealis dalam partainya. Partai Amanat Nasional sebagai tempat dia bercongkol. Dua hari pascapenangkapan tersebut, DPP PAN langsung memecat beliau dan ini berarti bahwa kenggotaannya dalam partai hilang yang pasti juga pencalonannya harus digugurkan. Sontak saja keputusan ini tidak diterima oleh Hadi Jamal berikut tim suksesnya. Di Sulawesi selatan sebagai daerah pemilihan Hadi Jamal, para penukung membentuk tim dan membangun posko yang bertujuan untuk menolak hasil keputusan DPP PAN.
Ditambah dengan telah dicetaknya kertas suara membuat hal ini semakin susah untuk digugurkan. Seminggu sebelum masa kampanye berakhir, tim kampanye Hadi Jamal menggebrak daerah pemilihan 1 dengan berbagai macam baliho yang provokatif untuk kembali memilih calon yang dicalonkannya, Hadi Jamal. Sesuatu yang dramatis. Entah apa strategi yang dilakukan oleh timnya. Entah komunikasi bagaimana yang dilakukan Hadi Jamal dari balik jeruj besi. Dia begitu cerdas untuk mengatur semuanya.
Tanggal 09 pun tiba. Mentari menyinari seluruh negeri. Sinarnya pun memberikan semangat besar kepada masyarakat untuk mengunjungi bilik suara yang telah ditetapkan sesuai dengan wilayah domisili warga. Sontak saja hari itu dijadikan sebagai hari bersejarah dan hari yang mendebarkan bagi masyarakat secara umum. Yang pastinya lebih mendebrkan bagi para caleg yang bersaing dengan perbandingan minimal satu banding sepuluh. Entah bagaimana perasaan Hadi Jamal dalam bilik tersebut. Dia tidak sempat mendatangi konstituennya. Akan tetapi, pastinya dia memiliki keyakinan yang besar di sana.
Betul saja, empat hari pasca pemilihan, media-media lokal dan nasional begitu ramai memberitakan Hadi Jamal. Bagaimana tidak, dia mendapatkan suara tertinggi di wilayahnya dalam lingkaran partai amanat nasional. Bahkan telah dipastikan bahwa dia akan melenggang ke senayan. Untung saja hal itu akan kandas dengan ketegasan yang telah dilakukan oleh DPP PAN dengan memecatnya sebagai anggota partai. Semuanya telah terjadi.
Kami hanya berharap bahwa ke depan, untuk pemilihan presiden, masyarakat mampu untuk berpikir cerdas dan realistis untuk sebuah pemimpin masa depan bangsa. Sekali saja salah langkah dengan mencontreng calon yang tidak kapabel, yakin saja bahwa lima tahun ke depan kesengsaraan akan menyertai kita. Harapan pun semoga masyarakat tidak terperangkap dalam kisah pragmatis sementara yang tak akan menguntungkan sama sekali. Dengan iming-iming 20 hingga 50 ribu rupiah, mereka telah bersedia mencontreng orang-orang yang memberikan uang tersebut. Sementara, hal itu telah menjadi indikasi bahwa orang ini pasti akan menjadi pemimpin yang tak beres. Tak beres untuk dirinya sendiri, keluarga, terlebih untuk bangsa.



Makasar, 08 Mei 2009