Jumat, 29 Oktober 2010

politik

PKS dan Keterbukaanya


Saya memulai tulisan segera setelah menyaksikan pembukaan musyawarah umum ke-2 Partai Keadilan Sejahtara yang dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Aku tersontak ketika di dalamnya terbaca PKS merekrut anggota non muslim. Saya sebagai orang awam yang tersentak. Mungkin terlalu ekstrem, tapi itulah perasaan dan praasangka yang aku miliki sebagai pemilih PKS tanpa masuk anggota. Tetapi yakin saja seandainya hari ini diadakan pemilu maka aku pasti tidak akan mencoblos gambar sabit saling membelakangi itu. Aku memilih untuk tidak memilih partai tersebut dengan alasan PKS tidak memiliki pijakan yang jelas. Entah berasas islam ataukah nasionalis. Harus diakui bahwa PKS awalnya identik dengan islam. Aku yang mungkin kurang mengerti islam begitu punya pijakan rasanya. Tetapi dengan menyaksikan pembukaan muswarah tanggal 19 Juni 2010 aku begitu pesimis bahwa partai keadilan sejahtera akan masuk pada tiga besar dalam pemilu 2014 nanti, seperti yang diungkapkan para pengurusnya.
Bukan tidak mungkin PKS malah akan menjadi tiga besar dari bawah. Sekali lagi bukan tidak mungkin. PKS telah memilih jalan yang mungkin telah dipertimbangkan matang, tetapi serasa tidak pas untuk semua. Dengan melakukan musywarah di hotel Ritz Calten Jakarta yang baru saja dibom oleh kelompo teroris. Bukan membela teroris, tetapi Ritz adalah sebuah hotel yang berinduk di Amerika Serikat yang notabene sekarang menjadikan negara islam sebagai bonekanya. AS dengan Barrack Obama telah berusaha dan menyatakan bahwa akan menjadi jembatan penghubung antara dunia barat dengan dunia islam. Tetapi aku tak yakin pernyataan itu benar, mungkin saja dibalik itu ada keinginan dan maksud terencana yang dilancarkan oleh dunia barat terhadap dunia islam. Amerika Serikat dari dulu tidak pernah bertindak tegas terhadap perilaku sekutunya yang tidak mengormati dunia islam. Akankah PKS terpana dengan semua itu dan menjadikan dunia barat sebagai teman sekawannya untuk dunia ini. Mungkin dengan harapan suara untuk 2014?
Partai Keadilan Sejahera sejatinya tetap pada prinsipnya yang dulu. Sebagai partai dengan basis islam dan kami menaruh kepercayaan untuk itu. Dengan pilihan sekarang, sekali lagi saya orang awam yang hanya akan menunggu bukti pada 2014. Tetapi, saya terus meyakinkan diriku untuk tidak memilih partai itu. Dari manakah jalan untuk penegakan syariat islam di Indonesia. Negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia ternyata masih didikte oleh sistem liberal yang ada. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, dan bahkan telah menjerumus masuk dalam dunia agama. Sebegitukah pluralnya kita untuk bersikap dan bekerja sama sejauh itu. Tanpa menafikkan keinginan dunia barat (jika itu benar-tetapi belum ada bukti nyata kebenarannya) seharusnya kita harus berhati-hati dan tetap memperlihatkan taji untuk sebuah persatuan umat muslim.
Coba kita saksikan Israel yang semakin begitu semena-mena terhadap saudara kita di Palestina (Jalur Gaza). Israel dengan seenaknya dan mungkin saja dengan dukungan dunia barat semakin memorak-porandakan dunia islam. Akankah kita tega untuk menjadikan kerja sama dengan orang-orang yang selalu menipu kita dalam berbagai hal. Dunia Islam yang berusaha mengembangkan penelitian ilmiahnya dituding mengembangkan senjata pemusnah massal, sementara mereka dan sekutunya menjadi gudang senjata pemusnah tersebut. Itu hanyalah sekadar contoh untuk melihat banyaknya kecurangan yang mereka perbuat iuntuk kita.
Aku hanya mnengucapkan selamat tinggal PKS dari diriku. Sekali lagi saya bukan orang yang mengerti politik, tetapi suka akan berita politik. Saya juga hanya sebagai orang awam.

Makassar, 19 Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar