SBY dan Demokrat
Baru 10 menit dari penutupan waktu pencontrengan, Lembaga Survei Indonesia (LSI) bekerja sama dengan TV One yang merupakan TV pemilu mulai menampakkan di layar televisi perhitungan cepat hasil pemilu. Mulai dari angka 0,0 persen dan terus terisi hingga terlihat 0,2 persen, 0, 5 persen dan sampai waktu-waktu berikutnya semakin bertambahlah jumlah persen suara yang masuk dari TPS yang menjadi sampel LSI yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Semakin menanjaknya suara yang masuk yang pada awalnya menempatkan Golkar sebagai partai yang bedada pada posisi paling atas. Di bawahnya ada PDI Perjuangan, dan urutan ke tiga demokrat sebagai partai baru yang mendukung karena sekaligus didirikan oleh SBY.
Hal tersebut hanya berlangsung dalam hitungan menit. Persentase yang masuk pun belum mencapai 2 persen. Saat angka tersebut, Demokrat dengan lambang warna birunya langsung menyalip ke Urutan pertama. Sementara di bawahnya Golkar dan PDIP saling sikut menyikut dan tanduk menanduk. Tiap menit bahkan hanya beberapa detik, Golkar dan PDIP saling berbagi pada urutan dua dan tiga. Sementara di puncak klasemen Demokrat telah melambai khas lambaian Susilo Bambang Yudoyono.
Hal ini menjadi sebuah fenomena dalam perpolitikan Indonesia. Agaknya, di negeri ini, siapa yang berkuasa maka besar sedikitnya pasti memiliki pengaruh terhadap masyarakat. Apa lagi ketika pemerintahannya dianggap memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, walaupun hal itu sangat kecil. SBY sebagai presiden RI saat ini yang sekaligus menjadi dewan penasihat partai Demokrat memberikan bukti nyata tentang itu. SBY bagi demokrat seolah menjadi raja dan merupakan ikon yang memiliki nilai jual yang tinggi. Tanpa SBY, maka demokrat bukanlah partai apa-apa. Orang bahkan tak mengenal siapa Demokrat, tetapi mereka paham dan simpati terhadap SBY. Olehnya itu, ketokohan SBY sebagai pemimpin perubahan baru di negeri ini telah menjadikan dan membuktikan dirinya bahwa kehadirannya menjadi sesuatu yang didambakan oleh masyarakat. Siapa yang tak kenal Golkar. Terlebih PDI yang dipimpin oleh mantan presiden pertama RI. Kedua partai yang saya sebutkan tersebut memiliki ketokohan dan keterkenalan pada masyarakat yang sangat besar. Hal itu selain dipengaruhi oleh latar belakang keberadaan partai, juga usia partai yang sudah puluhan tahun. Tetapi Demokrat yang baru saja didirikan pada tahun 2001 sangat diuntungkan dengan adanya SBY yang menjadi pemimpin hari ini.
Hal ini tidak menutup kemungkinan menjadi sebuah indikasi bahwa Susilo Bambang Yodoyono akan kembali menjadi calon terkuat Presiden Republik Indonesia periode 2009-2014. sebuah harapan yang sangat besar. Sebuah peluang yang sangat luas. Tak mustahil terbukti. Hasil pemilu hari ini (09/04/09) menjadi sebuah titik tolak hadirnya partai baru di Indonesia yang segera akan menghilangkan keberadaan partai lama dalam pikiran masyarakat.
Bukan berarti hilang secara total. Tetapi keberadaannya semakin terancam dengan partai baru. Harapan mereka untuk kembali memimpin negeri ini sedikit demi sedikit terkikis walau tak menjadi sirna. Hal ini pun disebabkan karena partai baru tak begitu paham terhadap keadaan orang-orang besarnya sehingga orang-orang besar tersebut cenderung berpikir untuk keluar dari partai dan segera membentuk partai baru. Terpecahnya partai-partai orde baru menjadi salah satu penyebab mereka tak mampu lagi untuk mencetak sejarah kemenangan dalam pemilu.
Pun sekarang masyarakat sudah begitu pintar untuk memahami perpolitikan Indonesia walau mereka tak terlibat di dalamnya. Pikiran mereka politik itu identik dengan uang. Tanpa uang, maka politik bagi mereka omong kosong. Jangan harap sebuah bendera dan baliho akan aman terpasang pada ebuah gang-gang kecil ketika tak ada rupiah yang menjaganya di sana. Hal ini membuktikan bahwa dalam pikiran masyarakat, selangkah dan sekata pun ketika itu berhubungan dengan politik, maka ujung dan pangkalnya adalah uang. Hal ini pun direspons positif oleh partai. Mereka juga paham bahwa uang adalah segalanya dalam politik. Dan ada nurani dan tak ada persahabatan dalam politik. Semuanya bisa menjadi kawan, dan bahkan sedetik kemudian berubah menjadi lawan yang siap menerkam kita dari depan dan belakang. Olehnya itu, sangat susah untuk menjadikan sebuah partai menjadi begitu besar, tetapi kemungkinan yang lebih susah lagi adalah mempertahankan suasana partai yang telah besar untuk tetap menjadi kondusif. Hal inilah yang dipahami betul oleh Demokrat sehingga ketokohan SBY menjadi tokoh sentral yang seluruh petuahnya pasti didengarkan dan akan dilaksanakan sampai ke tingkat bawah. Semoga sesuatu hal menjadi semakin baik untuk negeri ini.
Makasar, 09 April 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar