DPD dan Islam
Belum hilang rasanya dalam pikiran kita pemilihan legislatif dan presiden tahun 2004. apalagi saat ini ketika genderang kampanye kembali di tabuh. Peserta semakin bertambah. Sekarang 38 para pejuang yang katanya atas nama rakyat bersaing untuk memperebutkan sebuah kursi yang akan memanjakan mereka nantinya. Itu baru rumah mereka. Belum lagi berapa orang yang menghuni rumah tersebut. Toh, bahkan antara mereka saja saling sikut menyikut untuk menjadi penghuni gedung yang mewah nantinya. Mungkin bukan hanya gedungnya yang mewah, fasilitas yang bersamanya bukan main. Sekarang masyarakat selaku pemilih semakin pusing. Sebelas ribuan orang yang akan mereka pilih untuk menjadi pemimpin. Entah siapa yang akan terpilih nantinya.
Sulsel, politik, dan islam
Suatu yang ironi terjadi di Sulawesi Selatan. Sebuah provinsi yang merupakan wilayah terbesar dan paling terkenal untuk wilayah Indonesia Timur. Berbagai hal di Indonesia Timur bermuara di Sulawesi Selatan. Daerah ini akan semakin menjadi daerah yang jaya dan akan semakin menjadi pemimpin ke depannya. Kita sekarang patut bersyukur atas perkembangan politik di wilayah ini. Telah banyak tokoh dari negeri lagaligo yang telah bersaing dan bahkan memimpin di tingkat nasional. Suatu yang fantastis. Salah satunya saja, Yusuf Kalla yang sekarang menjadi wakil presiden, sekaligus pemimpin tertinggi partai Golkar. Alhasil, pengusaha tersebut pun sekarang ini sedang dijagokan untuk menjadi calon presiden. Waktu yang akan menjawabnya.
Kembali kita menilik peristiwa pemilu 2004. pemilu 2009 belumlah berlangsung, olehnya itu pun belum layak untuk dipastikan hasilnya. Setiap detik politik untuk 2009 berubah 180 derajat. Kuota Calon Dewan Perwakilan Rakyat Sulawesi selatan periode 2004 adalah sebanyak empat orang. Dianggap sebagai kuota yang cukup untuk mewakili wilayah yang kaya akan segalanya tersebut. Tapi, kami sebagai umat muslim sedikit mesti mengusap dada dan merenungkan untuk masa depan kita sebagai umat islam dan sekaligus sebagai agama yang jumlahnya paling besar di Indonesia. Dari empat orang yang lolos menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Sulawesi Selatan, dua orang diantaranya adalah nonmusim. Tidak perlulah aku sebutkan agamanya kawan. Bukan saya tidak memiliki solidaritas, bukan pula bahwa islam yang harus berkuasa, juga bukan menjastis bahwa islamlah yang harus menjadi pemimpin di negeri ini. Hanya memberikan pemahaman perlunya umat muslim untuk menyatukan pendapat dan pandangan untuk masa depan yang lebih baik.
Sembilan puluh sembilan persen lebih umat islam bercokol di Sulawesi Selatan. Toh yang berhasil untuk berada di Dewan Perwakilan Rakyat hanyalah dua orang. Sama dengan wakil dari agama lain yang jumlahnya sangat minoritas di wilayah ini. Sekali lagi maksud tulisan ini hanya untuk renungan bagi umat islam. Akankah sebuah perubahan terjadi bagi diri kita ke depannya. Atau masa di mana kita akan kembali pada zaman di mana islam hanya menjadi penonton dan pengikut untuk sebuah perubahan dunia.
Dua puluh hari lagi kita akan mencoblos perwakilan masa depan di negeri ini. Berbagai macam kampanye telah tersaji di depan mata. Berbagai bentuk janji-janji yang kebanyakan palsu silih berganti masuk di telinga kita. Jangan tanya tentang uang. Jumlahnya tak terhitung lagi. Dua puluh ribuan sekali kampanye hingga jutaan rupiah untuk orang-orang yang dianggap mampu mendatangkan massa. Belum jelas akan memilih siapa yang jelasnya datang dalam pesta keramaian yang mempertontonkan aurat dan goyangan erotis. Para simpatisan lebih sering berjingkrak-jingkrak seperti cacing kepanasan ketika yang hadir di panggung adalah artis yang notabene juga sebagai pemilih dibandingkan ketika yang hadir adalah para caleg dari partai tersebut. Entah akan kemana dan bagaimana negeri ini. Kalianlah yang akan menentukan kawan. Semuanya akan terjadi pada bilik yang lebih sempit daripada kertas suara yang ada. Tapi, sebuah kepastian bahwa kita harus memilih untuk semuanya. Mulai dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi, Pusat hingga Dewan Perwakilan Daerah. Semunya telah saling bersaing dengan janji yang terkadang aneh bin ajaib. Akankah kembali islam hanya menjadi pemenang minoritas atau bahkan yang akan mewakili kita bukanlah berasal dari seagama kita. Entah, dan kalianlah penentunya. Sekali lagi. Tanggal 9 April 2009 tepat hari kamis, kita akan berada pada bilik tersebut dengan istilah pencontrengan. Contreng......contreng.....contreng. jangan lupa untuk masa depan kawan.
Makasar, Akhir Maret 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar